Oleh : MRR*
Relawan-relawan awal memiliki ciri khas sendiri, mereka meyakini ada kebaikan dalam memperjuangkan Anies Baswedan.
“Assabiqunal Awwalun” versi relawan ini, bergerak dan memulai saja terlebih dahulu. Mereka tak berpikir jika yang diperjuangkan akan menang, relawan akan jadi apa jika menang, relawan akan dapat apa jika ada kemenangan, relawan akan di posisi mana jika benar-benar menang. Bahkan apakah akan menang atau kalahpun “Assabiqunal Awwalun” ini tak peduli.
Intinya, “Assabiqunal Awwalun” hanya yakin bahwa apa yang diperjuangkannya adalah kebenaran. Bahwa apa yang diperjuangkannya adalah demi kebaikan. Apa yang diperjuangkannya demi masa depan yang lebih baik, dan kebaikan itu saat ini ada pada orang yang bernama Anies Rasyid Baswedan.
Sebagaimana di zaman Rasulullah Saw, Assabiqunal Awwalun mayoritas adalah orang-orang biasa, tak punya uang banyak tapi rela menggunakan miliknya untuk perjuangan. Harta, jiwa dan bahkan keluarga pun dikorbankan
Mereka yang tak punya banyak pasukan tapi mau membangun pasukan, tak punya langkah yang jauh tapi berani memulai melangkah jauh.
Relawan “Assabiqunal Awwalun” tak bisa berharap pada sponsor atau donatur karena yang yakin akan perjuangannya pun tak banyak. Mereka bergerak tanpa peduli akankah orang-orang ikut tergerak atau tidak.
Ketika dukungan sudah mulai terlihat, “Assabiqunal Awwalun” ini terlihat sumringah. Mereka tak ada fikiran lain macam-macam, padahal sesungguhnya ancaman mulai menghampirinya.
Saat “hilal” sudah mulai terlihat, ancaman itu akan semakin besar. Perannya mulai tergantikan oleh kekuatan-kekuatan baru yang lebih kuat dengan semangat baru.
Ketika nantinya “hilal” benar-benar terlihat, kekuatan-kekuatan sedang pun akan tergusur oleh kekuatan-kekuatan besar, “Assabiqunal Awwalun” mulai tak tampak lagi di atas panggung, mereka membuat panggung lalu terlihat sudah semakin jauh dari panggung.
Ketika kemenangan sudah semakin dekat, kekuatan sedang dan kekuatan besar mulai tergulung oleh kekuatan yang lebih besar, “Assabiqunal Awwalun” bahkan semakin terlihat kecil seperti perahu yang bergerak semakin jauh dari daratan.
Dalam kondisi seperti itu, peran seorang pemimpin dalam mengelola relawannya, mendapatkan tantangan. Tentunya, terutama para relawan “Assabiqunal Awwalun”
Tatkala Abdurrahman bin ‘Auf berselisih dengan Khalid bin Walid, lalu Khalid mencela Abdurrahman bin ‘Auf, maka Rosululloh murka dan menegur Khalid:
“Janganlah kalian mencaci para sahabatku –padahal Khalid juga sahabatnya-. Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, seandainya salah seorang di antara kalian berinfak emas semisal gunung Uhud, niscaya tidak akan mencapai (pahalanya) satu Mud (dari infak) seorang diantara mereka ataupun setengahnya”.
Beginilah cara pemimpin berlaku adil terhadap “Assabiqunal Awwalun”. Khalid bin Walid sang panglima tak terkalahkan dengan keutamaan yang luar biasa dengan julukan Pedang Allah Yang Terhunus tak mendapatkan keutamaan lebih dari Abdurrahman bin Auf yang masuk dalam kelompok “Assabiqunal Awwalun”
Demikian pula ketika Ammar berselisih dengan Khalid bin Walid, Rasulullah bersabda:
“Wahai Khalid! Janganlah melecehkan Ammar, karena Allah tidak menyukai siapa pun yang tidak menyukai Ammar dan Allah mengutuk siapa pun yang mengutuk Ammar.”
Relawan yang lahir dan telah melangkah sebelum Partai Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan. Mereka yang sudah berkeliaran berjuang membumikan ABW dan berhasil “memaksa” partai politik mendeklarasikan ABW. Sesungguhnya merekalah semua yang tergolong “Assabiqunal Awwalun”. Mereka harus bersiap menghadapi kenyataan-kenyataan di atas.
Akan ada atmosfer yang berbeda ketika awal-awal perjuangan, fase pra deklarasi, fase pasca deklarasi, fase pra pendaftaran KPU, fase kampanye dan fase kemenangan.
Tapi apapun itu relawan-relawan Anies diyakini memiliki tingkat keikhlasan ma’rifat. Karena tujuannya semata-mata demi Allah dan hanya ingin melihat bangsa ini dalam kebaikan.
Banyak relawan-relawan ” “Assabiqunal Awwalun” ini bahkan tak pernah menjabat tangan Anies, mereka hanya bisa melihat gambar Anies. Namun, keyakinan bahwa dalam diri Anies ada kebaikan maka pertemuan langsung itu bukanlah syarat untuk berjuang. Mereka berjuang dengan ikhlas dan berharap suatu ketika bisa bertemu dengan orang yang diinginkannya memimpin negeri ini.
Namun ketika tiba waktunya, sudah begitu banyak orang yang berdiri di sekitar Anies Baswedan.
Relawan-relawan “Assabiqunal Awwalun” ini tak boleh egois dan tak boleh menepuk dada bahwa dirinya berdiri paling depan. Mereka harus terbuka menerima relawan-relawan yang menyatakan sikap setelah hilal terlihat, mereka harus membuka diri pada mereka yang bergabung saat terang akan terlihat karena kemenangan tak mungkin diraih dengan ego dan tepuk dada relawan “Assabiqunal Awwalun”.
Relawan “Assabiqunal Awwalun” justru tak lagi berpikir untuk mendapatkan panggung, karena sesungguhnya posisinya berganti menjadi penyedia panggungnya. Jika saat tugas penyedia panggung sudah dikerjakan orang baru, maka relawan “Assabiqunal Awwalun” ini harus melihat celah apa yang belum ada yang kerjakan, tugas apa yang belum tertunaikan, kekurangan apa yang belum tertutupi.
Memang tak mudah menjadi relawan “Assabiqunal Awwalun” karena bisa jadi dalam perjalanannya akan ada yang berkata “Kamu itu tahu apa?” , bahkan akan ada yang berucap “Kamu siapa sih?, Apa yang bisa kamu lakukan?”
*MRR-Muhammad Ramli Rahim adalah pendiri Jaringan Nasional Millenial Anies (Jarnas Mileanies). Saat ini adalah Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies (KoReAn)